Pengikut

Kisah Putri Tandampalik

Kisah Putri Tandampalik adalah contoh cerita rakyat singkat saya mendapatkannya dari bog ini. Karena postingan ini mengikuti tantangan Pekan ke 4 ODOP Batch 7 jadi ada perubahan dari alur cerita. Bagi yang ingin membaca kisah aslinya bisa klik di sini. Terima Kasih.


Kisah Putri Tandampalik

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaaan Luwu. Kerajaan ini dipimpin seorang raja yang dikenal dengan nama Datu Luwu. Ia adalah seorang raja yang adil, arif dan bijaksana, sehingga rakyatnya hidup makmur dan sentosa.

Datu Luwu mempunyai seorang putri yang cantik jelita dan berperangai baik, yang bernama Putri Tandampalik. Berita kecantikan dan perangai baiknya tersebar sampai ke berbagai negeri di Sulawesi Selatan.

Pada suatu hari, Raja Bone ingin menikahkan putranya dengan Putri Tandampalik. Ia pun mengutus beberapa pengawal istana ke Kerajaan Luwu untuk melamar sang Putri. Sesampainya di istana Luwu, utusan tersebut disambut dengan ramah oleh Datu Luwu.

Mendengar lamaran yang disampaikan utusan tersebut, Datu Luwu terdiam sejenak. Ia bingung untuk mengambil keputusan, menerima atau menolaknya, sebab dalam adat Kerajaan Luwu, seorang gadis Luwu tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Akan tetapi, jika lamaran itu ditolak, ia khawatir akan terjadi perang yang sangat dahsyat antara dua kerajaan, sehingga membuat rakyat menderita.

Setelah beberapa saat berpikir, Datu Luwu masih kebingungan untuk memberikan jawaban.

"Wahai Utusan! Perlu kalian ketahui, bahwa di Kerajaan Luwu ini berlaku sebuah hukum adat, yaitu seorang putri Luwuk tidak boleh menikah dengan pemuda dari negeri lain dan saya juga perlu memberitahukan kepada putriku apakah ia menerimanya atau tidak. Untuk itu, tolong sampaikan kepada raja kalian, supaya aku diberi waktu beberapa hari untuk memikirkan lamarannya tersebut!" ujar Datu Luwu.

"Baik Datu, akan kami sampaikan. Terima kasih telah menerima kami." Sang utusan Raja Bonepun bergegas pulang ke kerajaannya untuk menyampaikan jawaban Datu Luwu.

Setelah utusan Raja Bone pergi, Datu Luwu pun memanggil putrinya.

"Wahai Putriku, telah datang utusan dari kerajaan Bone. Mereka datang untuk meminangmu. Bagaimana pendapatmu?" Tanya Datu Luwu pada sang Putri.

"Wahai ayah, saya akan menerima segala keputusanmu, karena saya yakin engkau tak mungkin memberikanku sesuatu yang tak baik". Jawab Putri Tandampalik.

"Engkau benar putriku.  Sungguh hatimu tak kalah cantik dari parasmu." Puji Datu Luwu pada sang anak.

"Tapi engkau tau bahwa di Kerajaan Luwu ini berlaku sebuah hukum adat, yaitu seorang putri Luwuk tidak boleh menikah dengan pemuda dari negeri lain" lanjut Datu Luwu.

"Wahai ayah, engkau tau bahwa Tuhan kita telah menurunkan seorang rasul yang baik budi pekertinya. Dia sang rasul menyeru agar memilih pendamping hidup dari agama dan akhlanya. Selama sang pemuda memiliki keduanya, maka tak ada alasan bagi kita untuk menolak." Jawab sang Putri.

Datu Luwu tersenyum mendengar jawaban putrinya, dia senang dan bersyukur kepada Allah Subhana wa Ta'ala karena telah dianugrahkan seorang putri yang tak hanya cantik parasnya, sang putripun memiliki hati yang cantik dan iman yang kuat.

Keesokan harinya, Datu Luwu mengirimkan utusannya menemui Raja Bone, menyampaikan kabar bahagia bahwa dia menerima lamaran dari Raja Bone. Namun tiba-tiba negeri Luwu geger. Putri Tandampalik terserang penyakit kusta. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan. Tak ada yang mengetahui bagaimana sang Putri bisa terserang penyakit tersebut. Para tabib istana menyimpulkan bahwa Putri Tandampalik terserang penyakit menular yang sangat berbahaya.

Berita tentang musibah yang menimpa sang Putri sudah tersebar ke seluruh negeri. Rakyat negeri Luwu sangat bersedih atas penyakit yang diderita oleh sang Putri yang mereka cintai itu. Datu Luwu segera mengutus pengawalnya untuk menemui utusannya yang telah berangkat menemui Raja Bone agar segera membatalkan perjalanannya.

Setelah berpikir dengan matang, Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke suatu tempat yang jauh. Ia khawatir penyakit putrinya akan menular ke seluruh rakyatnya.

Dengan berat hati, Datu Luwu terpaksa harus berpisah dengan putri yang sangat dicintainya itu. Putri Tandampalik menerima dengan ikhlas dan tanpa berkeluh kesah. Berangkatlah sang Putri dengan perahu bersama beberapa pengawal istana. Sebelum berangkat, Datu Luwu memberikan sebuah keris pusaka kepada Putri Tandampalik sebagai tanda bahwa ia tidak pernah melupakan, apalagi membuang anaknya. Berangkatlah mereka ke suatu daerah yang jauh dari Kerajaan Luwu. Berbulan-bulan sudah mereka berlayar tanpa arah dan tujuan.

Pada suatu hari, tampaklah bagi mereka sebuah pulau dari kejauhan.

"Lihat, Tuan Putri!" seru seorang pengawal sambil menunjuk ke arah pulau itu.

"Akhirnya, kita pun menemukan pulau," jawab sang Putri dengan perasaan lega.

"Alhamdulillah" Putri Tandampalik pun mengucapkan syukur.

Putri Tandampalik beserta pengawalnya memulai kehidupan baru. Mereka hidup dengan penuh kesederhanaan. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja keras penuh dengan semangat dan gembira. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tak terasa satu tahun sudah mereka berada di tempat itu.

Suatu waktu, Putri Tandampalik duduk di tepi danau yang terletak di tengah pulau itu. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampiri dan menjilati kulit sang Putri dengan lembut. Semula, sang Putri hendak mengusirnya. Tetapi, hewan itu tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya, ia diamkan saja.

Sungguh ajaib! Setelah berkali-kali dijilat oleh kerbau itu, kulit sang Putri yang mengeluarkan cairan tiba-tiba hilang tanpa bekas. Kulit sang Putri kembali halus, mulus dan bersih seperti sediakala. Sang Putri terharu dan bersyukur kepada Tuhan, karena penyakitnya telah sembuh.

Akhirnya Putri Tandampalik pun kembali ke Kerajaan Luwu. Sang ayah Datu Luwu sudah sangat merindukan anaknya. Dipeluknya Putri Tandampalik, dan tak hentinya dia mengucapkan syukur pada Allah Subhana wa Ta'ala.

Suatu hari Putri Tandampalik kembali mengunjungi pulau yang pernah dia tempati selama menderita penyakit kulit. Putri Tandampalik mengajak Datu Luwu dan ibunya melihat-lihat pulau yang pernah dia tinggali, dimana Pulau tersebut pernah memberikan keajaiban padanya.

Putri Tandampalik pun bercerita bahwa dia menamakan pulau tersebut dengan nama Pulau Wajo karena ketika pertama kali datang dia menemukan buah Wajo di sekeliling pulau tersebut.

Putri Tandampalik mengajak ayah dan ibunya untuk bermalam beberapa hari di Pulau Wajo tersebut karena beberapa darj pelayanannha telah memutuskan untuk membangun rumah dan perkampungan kecil di pulau tersebut.

Keesokan harinya, pulau Wajo kedatangan serombongan pemburu. Mereka adalah Putra Mahkota Kerajaan Bone yang didampingi oleh Anreguru Pakanranyeng, Panglima Kerajaan Bone, dan beberapa pengawalnya. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota Raja Bone tidak sadar kalau ia sudah terpisah dari rombongannya dan tersesat di hutan.

Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak dapat memejamkan matanya. Suara-suara binatang malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di tengah gelapnya malam, tiba-tiba ia melihat seberkas cahaya dari kejauhan. Semakin lama, pancaran cahaya itu semakin terang. Ia sangat penasaran ingin mengetahuinya. Ia kemudian memberanikan diri untuk mencari sumber cahaya itu.

Dengan tertatih-tatih, Putra Mahkota berusaha berjalan mengikuti kaki melangkah menelusuri gelapnya malam. Akhirnya, sampailah ia di sebuah perkampungan yang ramai dengan rumah-rumah penduduk. Setelah ia memasuki perkampungan itu, sumber cahaya itu semakin jelas terdapat di sebuah rumah yang nampak kosong. Dengan melangkah pelan-pelan, Putra Mahkota mendekati dan memasuki rumah itu. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis yang cantik sekali bak bidadari sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik.

Pangeran dan sang puteri segera jatuh cinta dan mengajak Putri Tandampalik untuk menikah.

Datu Luwu dan permasuri sangat gembira mendengar berita baik tersebut. 

Akhirnya Putri Tandampalik dan Putra Mahkota menikah dan pesta besar segera diadakan.

Pesta pernikahan mereka berlangsung sangat meriah. Seluruh keluarga dari dua Kerajaan Besar di Sulawesi Selatan itu sangat gembira dengan pernikahan tersebut. Putri Tandampalik dan Putra Mahkota hidup bahagia. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Ia menjadi raja yang arif dan bijaksana.

Share:

2 komentar :

  1. Yeey happy ending... Kerbau putihnya gak di undang kak? Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..iya, nggak lupa undangnya>< makasih sudah mampir ya😊

      Hapus

Biografi Kak Mardiah PJ Baik Sapporo

Bismillah. Assalamualaikum . Saya akan memperkenalkan salah satu PJ ODOP BATCH 7, yang menjadi penanggung jawab kami di tim Sapporo...

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes