Pengikut

Cerpen: Jadi Manusia Yang Bermanfaat

Bismillah.

Jadi Manusia Yang Bermanfaat



"Ya Allah, semoga hamba bisa menjadi manusia yang bermanfaat, Aamiin." Ucapku sambil membasuh wajah, menyudahi doa.

Aku baru saja menyelesaikan shalat subuh. Ku lipat mukena yang baru saja aku gunakan, lalu merapikan tempat tidur dan membuka jendela, tak mau ketinggalalan untuk mendapatkan berkah di pagi hari, seperti hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa salam yang berbunyi "

Hari ini adalah hari minggu, jadi kuputuskan untuk membantu ibu di rumah.

"Ibuu.. masak apa ni?" Tanyaku memasuki dapur. Kulihat ibu sudah sibuk menyiapkan sarapan.

"Kamu mau sarapan apa?" Tanya ibu.

"Apa aja ibu, yang penting enak dan bergizi." jawabku nyengir.

"Kira-kira Icha bisa bantu apa bu?" Tanyaku lagi.

"Bantu nyapu aja nak, ibu masih belum nyapu tuh." Jawab ibu.

"Ok bu."

Aku pun bergegas menyapu rumah tak lupa mengepel lantai. Setengah jam kemudian, aku telah menyelesaikan tugas ku, aroma masakan ibu juga sudah tercium.

"Cha, sarapan yuk panggil ayah sama adek juga!" Seru ibu.

"Ok bu" jawabku.

"Ayah, adek, waktunya sarapan nih."

Ayah yang sedari tadi membaca koran bergegas menuju ruang makan, di susul oleh adikku.

"Hari ini ada recana kemana bu?" tanya adikku. Kami semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.

"Oh, ibu sama ayah rencana mau ke rumahnya pamanmu, katanya ada rapat keluarga. Kalau adek sama Icha mau ikut boleh."

"Wah, boleh tu bu. Icha mau ketemu sama sepupu-sepupu." Jawabku bersemangat.

"Ah, adek males. Lagi libur nih, adek maunya nonton tv aja di rumah." Jawab adikku. 

Adikku masih duduk di kelas 5 sekolah dasar, dan di umur yang masih 10 tahun, menonton Doraemon adalah kesukaannya, dia sama sekali tidak ingin ketinggalan satupun episode terbaru Doreamon.

"Ya sudah, adek sama Icha di rumah aja, istirahat." Jawab ayah.

"Yess!!" Seru adikku gembira.

"Ah, tapi Icha bosan di rumah, mau jalan-jalan." Kataku kesal.

"Gimana dek, katanya kak Icha mau ikut?" Tanya ibu pada adikku.

"Aah, adek nggak mau pergi, adek maunya di rumah aja." Adikku tetap dalan pendiriannya.

"Biar adek aja di rumah, Icha ikut." kataku kesal.

Aku sudah lama ingin bertemu dengan Ditha, sepupuku jadi aku ingin sekali ikut, di tambah lagi aku bosan di rumah, tak ada kegiatan.

"Tapi adek nggak mau pergi Icha." Jawab ibu.

"Ya udah, adek di rumah aja. Icha ikut" aku mengulangi perkataan ku, pokoknya aku mau ikut.

"Kamu di rumah aja Icha, temenin adik kamu. Ayah sama ibu juga sebentar kok di rumah paman kamu." Ayah menimpali.

"Ayah, adek udah besar kok, bisa jaga rumah sendiri, bisa dititipin sama tetangga juga." Aku masih mencoba membujuk ayah dan ibu ahar diizinkan untuk ikut.

"Adek nggak mau dititipin, maunya di rumah sama Kak Icha." Adikku masih tetap dalam pendiriannya.

"Ayah sama Ibu, yang pergi. Adek sama Icha jaga rumah ya. Ayo lanjut makan!" Akhirnya ayah mengakhiri obrolan pagi ini dengan keputusan yang membuatku tak puas.

Hal seperti ini sudah sering terjadi, setiap aku ingin pergi atau ikut sebuah acara keluarga maka, ayah ataupun ibu akan bertanya apakah adikku ingin ikut atau tidak, jika dia berkata tidak maka aku dengan otomatis akan tinggal di rumah menjaganya, walaupun aku ingin sekali ikut. Tapi sebaliknya jika adikku ingin ikut sedangkan aku tidak, maka dia akan tetap pergi, dan ya, aku tetap di rumah.

Ibu selalu mengandalkan ku menjaga adikku mulai dia kecil hingga duduk di kelas 5, jadi hal itu sudah biasa menurutnya. Tapi, kadang tak adil buatku. Karena walaupun ayah ada di rumah dan ibu ingin pergi ke acara keluarga sendangkan aku ingin ikut dan adikku memilih tetap di rumah, otomatis aku tetap tak di izinkan untuk ikut, hanya karena alasana adikku ingin aku yang menemaninya.

Dan akhirnya, hari Minggu ini ku habiskan di rumah, bermain handphone sesekali membaca buku. Aku masih kesal dengan adikku.

"Kak, lapar nih." Kulihat adikku baru saja pulang dari bermain.

Setelah si Doraemon itu habis, dia segera keluar untuk bermain dengan teman-temannya. Sedangkan aku disini, hanya bermain handphone.

Tuh kan, mending aku ikut.

"Kamu belli aja makanan di luar, di warung atau makan aja makanan tadi pagi, masih ada kok." Jawabku, masih sibuk bermain handphone.

Adikku bergegas ke dapur, sepertinya dia malas untuk ke warung.

"Lapar kak, tadi sudah makan yang itu. Sudah habis lagi kak, makanannya." Adikku berseru dari dapur.

"Kaaaak!" Diapun merengek di sampingku.

"Kamu pergi belli mie instan saja, terus masak." Kataku.

"Masakin ya kak!"
"Eeem."
"Kak, uangnya?"
"Ambil di tempat uang ibu!" Jawabku.

Adikkupun bergegas ke warung,

Selagi adikku ke warung, aku masih sibuk melihat postingan teman-temanku di Instagram.

Seru ya. Batinku.

Akupun berhenti pada satu akun dakwah. Aku mencoba membaca captionya.

"Ya Allah, jadikanlah hamba sebagai orang yang bermanfaat bagi banyak orang."

Pernahkan kalian memanjatkan doa seperti itu? Memohon agar menjadi manusia yang bermanfaat. Membantu banyak orang, aktif dalam kegiatan sukarelawan, menjadi volunteer.

Tapi, pernahkah kamu menolak ketika ibumu menyuruhmu membeli gula atau hanya sekedar menemaninya ke pasar?

Pernahkah engkau menolak ketika ayahmu menyuruhmu membuatkannya teh?

Pernahkan engkau menolak ketika saudaramu membutuhkan bantuanmu, sekedar bantuan kecil?
Meminjam pulpenmu misalnya, menemaninya belanja, mengambilkan dia minum?

Pernahkan engkau menolak ketika kakek, nenekmu atau tantemu meminta tolong agar engkau mengambilkannya sesuatu?

Ah, masih banyak permintaan kecil yang mungkin tanpa kamu sengaja menolaknya atau melakukannya dengan terpaksa.

Hal itu karena engkau menganggap permintaan itu hanyalah hal sepele, hal kecil, bukan apa-apa di bandingkan menjadi sukarelawan, seorang volunteer, seorang dermawan yang membantu orang-orang baik melaksanakan haji, membuatkan seseorang rumah, memberi beasiswa, menyumbangkan uang untuk pembangunan masjid, bersedekah dengan uang ratusan juta.

Hal kecil itu bukan apa-apa.

Tapi, apakah hal yang kamu anggap kecil, yang tak ada apa-apanya menurutmu juga kecil di hadapan Nya?

Apakah hal yang kamu anggap besar, yang menurut sebagian orang adalah hal yang luar biasa menurutmu juga istimewa di hadapan Nya?

Dan ingat doamu, ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Degg. 

Astaghfirullah, astagfirullah, astagfirullah.

Tiba-tiba mataku berair, aku segera beristigfar sebanyak-banyaknya, memohon ampun atas dosa yang telah aku perbuat.

Ya Allah, ampuni hamba. Hamba ingin menjadi seseorang yang berguna bagi siapapun, sekecil apapun itu.

Tanpa ku sadari adik ku telah kembali dari membeli mie.

"Kak, ini mienya. Aku belli dua ya, untuk kakak satu. Aku pinjam handphonenya ya, mau tanya ibu, kapan pulang." Adiku datang membawa dua bungkus mie instan.

Aku masih belum menjawabnya, masih tenggelam oleh pikiran ku.

"Kak, hpnya pinjam!" Kata adikku sambil menyodorkan mie instannya. Aku pun tersadar dari lamunanku.

"Kamu mau makan apa? Biar kakak buatkan, nggak usah mie instan ya, atau mau makan diluar kita makan di warung depan mau?" Kataku, cepat-cepat mengelap mata yang basah.

Maafkan kakak ya dek, seharusnya kakak dengan senang hati bantu ayah sama ibu jaga kamu, buatin kamu makan. Seharusnya kakak, berterima kasih, karena kamu kakak bisa jadi orang yang bermanfaat.

"Mie instan aja kak, tapi pakai telor ya hehe." Jawab adikku sambil tertawa, walaupun tangannya sibuk menari di atas handphoneku, mengetik pesan.

"Tunggu ya adikku sayang." Kataku sambil mengusap kepalanya.

"Mie telor terenak segera disiapkan."

Adikku tertawa, akupun segera menuju dapur untuk memasak.

Bismillah, semoga berkah, gumamku.

-SELESAI-
Pic: pinterest
Share:

2 komentar :

  1. Yeaaaaay. Tantangannya diselesaikan. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada paragraf yang teksnya hilang atau belum selesai kayaknya... Yuk Chek lagi. Hehr

      Hapus

Biografi Kak Mardiah PJ Baik Sapporo

Bismillah. Assalamualaikum . Saya akan memperkenalkan salah satu PJ ODOP BATCH 7, yang menjadi penanggung jawab kami di tim Sapporo...

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes