Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bagaimana kabar semua pembaca? Saya harap semua dalam keadaan baik-baik saja serta dalam lindungan Allah Subhama Wa Ta'ala.
Kali ini saya akan mereview sebuah film yang berjudul "Dua Garis Biru".
Saat ini film tersebut masih sedang tayang, jadwal tayang perdananya adalah 11 Juli 2019.
Film ini menuai banyak kontroversi, ada sebagian yang pro dan ada yang kontra.
Sebelum saya membahas mengenai film ini, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang, maklum saya hanya sebagai penonton biasa bukan sebagai pengamat atau kritikus film, hanya sebagai orang awam yang menikmati film tersebut, mencari hal baik yang dapat dipetik agar tak rugi membuang waktu.
Nah, mengenai film ini banyak pro dan kontra dalam masyarakat. Bagaimana dengan saya, saya termasuk yang pro dan kontra🤭.
Kok bisa sih pro dan kontra juga, plin plan sih. Hehe
Awalnya saya orang yang termasuk pro, melihat trailernya dan membaca review orang-orang yang menonton film ini, bahwa banyak pelajaran yang bisa diambil dalam film ini, banyak yang mengatakan bahwa film ini bisa menjadi "sex education" bagi para remaja. Para review film dan berbagai komentar yang saya baca di internet mengatakan, bahwa kita bisa mengambil beberapa ilmu parenting dalam film ini. Ilmu yang tak kalah pentingnya apalagi di zaman sekarang ini.
Saya juga sempat berpikir bahwa film ini bisa menyadarkan para remaja agar tidak terjerumus pada zina, yang naudzubillahi min dzalik dosannya sungguh besar.
Akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya.
"Ok, bakal aku tonton, saya akan memilahnya, akan mengambil hal baik dalam film ini dan membuang hal yang menurutku tak pantas di contoh."
Sampai setelah menonton film tersebut, ok saya bisa menilai. Tapi dari kacamata penonton yang orang awam dan ingin mencari tontonan yang baik.
Filmnya menghibur, bagus menurutku banyak nilai-nilai pelajaran yang bisa kita ambil. Seperti komentar orang-orang, kita bisa belajar tentang sex education, bahwa sangat bahaya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim untuk berhubungan, bahwa hamil usia dini sangat beresiko. Kalau saya mengambil kesimpulan,
"SAY NO TO PACARAN!"
Untuk adik-adik dan kakak-kakak yang masih pacaran please udahan aja, jangan percaya diri bahwa pacaran kalian itu pacaran sehat, jangan! Percaya kalau kalian ngak ngapa-ngapain? Saya sih percaya, tapi saya ngak percaya sama syaitan yang godain kalian><
Banyak yang geli sama filmya?
Padahal di dunia nyata, di sekeliling kita banyak banget kejadian serupa yang terjadi, hanya di film di bungkus dengan sedemikian rupa. Para aktor dan artisnya yang sedap di mata.
Padahal banyak anak remaja yang mungkin gaya pacarannya lebih dari yang ditunjukkan oleh film.
Dan di film tersebut endingnya mungkin lebih baik dari apa yang terjadi di dunia nyata, dalam tanda kutip mereka berdua tidak menggugurkan kandungannya. Di dunia nyata tak menutup kemungkinan akibat perbuatan se* di luar nikah yang ditimbulkan bisa lebih buruk atau sebaliknya.
Saya banyak menggunakan kemungkinan karena memang masih bukan hal yang pasti, banyak orang beranggapan kalau tidak semua orang pacaran seperti yang terjadi di film, tapi yang saya tahu dengan pasti jika pacaran membawa dampak buruk, "dosa".
Tentang parentingnya. Nah, banyak ilmu yang saya dapat di sini. Walaupun saya belum berkeluarga, insha Allah secepatnya😄 bahwa kasih sayang ibu itu sepanjang masa, kasih sayang ayah itu sepanjang jalan. Keluarga akan selalu ada. Terlebih Allah Subhana Wa Ta'ala😍.
Walaupun begitu jangan jadikan hal ini sebagai alasan untuk berbuat salah, jangan ada pikiran "ngak papa salah bakal dimaafin juga".
No, lebih baik kita membahagiakan keluarga, daripada membuat mereka sedih dengan masalah yang diperbuat.
Film ini juga mengajarkan bahwa menjadi orang tua itu tangung jawabnya sungguh besar, cara mendidik anak sangat penting. Maka, para wanita, para ibu diluar sana membutuhkan ilmu yang banyak agar dapat mendidik anak dengan baik, dan sebaik-baiknya ilmu yaitu ilmu agama. Jadi daripada sibuk pacaran alangkah baiknya kita menyibukkan diri dengan belajar mempersiapkan diri menjadi ibu yang baik. Suksenya anak, baiknya anak dapat dilihat dari didikan orang tuanya.
Dan buat para anak diluar sana, berbaktilah pada orang tuamu, melihat perjuangan seorang ibu mengandung sembilan bulan, jerih payah ayah mencari nafkah untuk istri dan anaknya. Kita tidak akan mungkin bisa membalas jasa kedua orang tua kita, maka berbaktilah.
Kontranya di mana?
Banyak yang berpikiran film ini menampilkan dua aktor muda yang bukan muhrim yang memperagakan adegan berpacaran, yang sebagian beranggapan bahwa hal itu tidaklah boleh dan sayapun beranggapan sama.
Film ini memang lebih baik ditonton oleh anak 13 tahun ke atas yang sudah mengetahui baik buruknya sesuatu, dan alangkah baiknya bersama orang tua.
Mungkin lebih baik lagi agar tidak terlalu menonjolkan kemesraan yang berlebihan. Alangkah lebih baik lagi diperankan oleh aktor yang sudah terikat pernikahan walaupun saya tahu itu pasti susah.
Ini hanya pendapat pribadi saja.
Mungkin banyak yang mengatakan "inikan bukan film islami", tapi itu hanya pendapat saya saja.
Takut, banyak anak muda yang mengikuti cara berpacaran mereka, jadi mari berusaha meluruskan bahwa hal yang mereka, di film ini lakukan sangat tidak patut untuk di contoh oleh para generasi muda, melihat bahwa efek yang ditimbulkan bukanlah perkara muda, apalagi akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. (Maksud saya di sini adalah gaya pacaran mereka).
Kita mempunyai agama, apalagi Muslin dan kita mempunyai budaya timur.
Saat menonton film ini banyak para remaja yang ikut menonton, misalnya anak SMA. Saat adegan sedih, yang menurutku tegang dan bisa diambil pelajaran, ada beberapa remaja yang hanya tertawa, saya harap walaupun mereka tertawa di luar tapi hatinya bisa terketuk kalau masalah seperti h*mil di luar nikah itu bukan masalah kecil. Saya harap para remaja yang menontonnya bisa mengambil pelajaran, bukan hanya baper dengan kisah cinta para pemeran utamanya tapi bisa lebih baper akan pesan yang ingin disampaikan sang sutradara.
Banyak yang mengatakan bahwa film ini membawa "sex education" dan membawa ilmu parenting. Tapi saya ingin mengambil hikmah dari film ini bahwa PACARAN itu sangat berbahaya, kita memang berusaha selalu menjaga diri, tapi bagaimana jika kita sudah terlena dengan hawa nafsu dan bisikan syaitan. Naidzubillahi min dzalik. Bagaimana akibat dari perbuatan tersebut apakah akan sebaik film? Mari kita berfikir baik-baik.
Jadi...
Film ini pasti ada sisi baik dan buruknya, namanya hasil manusia. Manusia yang tak sempurna. Bagi yang pro silahkan bagi yang kontra silahkan kita tidak bisa memaksa seseorang yang pro untuk menjadi kontra begitupun sebaliknya. Asal jangan saling menghujat satu sama lain.
Intinya jika kita mencari kebaikan maka kita akan mendapat kebaikan, jika kita mencari keburukan maka pastilah keburukan yang akan datang.
Tapi jika mudharatnya atau buruknya lebih banyak maka mari kita tinggalkan.
Sekian review dari saya, alias opini saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, sesungguhnya itu berasal dari saya sendiri dan tak ada maksud menyinggung siapapun🙏
Sekian review dari saya, alias opini saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, sesungguhnya itu berasal dari saya sendiri dan tak ada maksud menyinggung siapapun🙏
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Antara sedih dan miris ya. tapi ini film nggak seperti apa yang dipikir kebanyakan orang kok, ya.
BalasHapusSalam kenal, Kreta Amura
Hi...terima kasih sudah komen. Yup! Masih ada sisi postif yang bisa kita ambil:)
HapusNice mbak. Setuju.. setiap film pasti ada sisi negatif dan positifnya. Saya termasuk yang suka sama film ini, meski nggak begitu suka endingnya. Dan ada banyak pelajaran parenting buat para orangtua seperti saya.. Yang sedih sih, banyak banget anak sekolah nonton tanpa didampingi para ortu, padahal sebaiknya mereka yang di bawah 19 tahun nonton film ini bersama ortu.
BalasHapusHabis nonton bisa diskusi dan brain storming sama ortunya, biar pesan yang didapat bisa sampai dengan tepat :)
Betul banget kk, setuju😃
HapusTerima kasih sudah mampir😁